MENGINGAT MATI

OLEH : ASHHABUL YAMIN


Mari mengingat mati. Inilah ajakan pertama yang penulis sampaikan kepada pembaca. Mengerikan dan memilukan memang, namun sangatlah bermanfaat sebagai pengerem ucapan dan tingkah polah kita di dunia ini, sekaligus juga sebagai motivasi bagi kita untuk terus bertaqarrub kepada Allah SWT, membekali diri dengan takwa kepada Nya agar selamat didunia dan akhirat seperti yang telah dijanjikan-Nya. 

Bagaimana tidak mengerikan, disaat masih belum cukup bekal untuk kehidupan yang kekal yakni darulakhirat , namun waktu kita telah habis didunia ini, dan kitapun harus meninggalkan segalanya, dimasukkan kedalam liang lahat yang padanya juga telah siap siksa kubur yang menanti. Bagaimana tidak memilukan, disaat kita sangat mencintai dan menyayangi keluarga kita, kerabat kita, atau sahabat kita, tiba-tiba diwaktu yang mungkin saja tidak kita duga-duga ajalpun datang menjemputnya.

Ketika ajal tiba, tidak ada ada lagi tawar menawar, entah itu bekal kita sudah cukup atau tidak. Yang jadi pertanyaan besar adalah tidak ada satu mahlukpun yang tahu tentang ajalnya, karena perkara itu adalah hak proregatif dan rahasia Allah SWT.

Ya, perkara mati adalah rahasia Allah SWT. Namun setidaknya kita dapat mengambil pelajaran dan sikap waspada dengan memperhatikan hasdits nabi  yang artinya : “setiap sesuatu ada masa panennya, dan masa panen ummatku adalah diantara 60 hingga 70 tahun”.

Nabi SAW telah mewanti-wanti kita tentang ajal kita. Syukur-syukur jika memang usia kita sampai di angka yang beliau SAW maksud yakni antara 60-70 tahun. Boleh jadi juga umur kita tidak sampai pada rentang tersebut. Karena syarat mati tak harus tua, yang mudapun sudah banyak yang jauh lebih dulu mendahului kita, syarat mati juga tak harus sakit, karena yang sehatpun sudah banyak yang meninggalkan kita.

Saat berbincang-bincang dengan tim pendata penyebab kematian di salah satu lembaga kesehatan, kamipun mendapat data yang mengkonfirmasi hadist tersebut, dimana disampaikan oleh petugas pendata tersebut saat ini data menunjukkan bahwa orang Indnonesia mayoritas mati di antara rentang usia 60-70 tahun.

Mari lihat diri kita saat ini saudaraku. Sudah berapa tahun umur kita hidup didunia saat ini? Sudah berapa banyak bekal yang kita siapkan untuk menghadapi pengadilan Akhirat? Semisal saja, anggaplah umur kita saat ini 45 tahun ini. Mengacu pada hadist tersebut maka waktu kita tinggal sekitar 15 tahun lagi. Belum lagi jika kita harus bicara sehat, khusyu, dan di ridhoi.

Apa iya disisa umur kita yang 15 tahun tersebut kita tetap sehat? Adakah jaminan untuk kita tetap kuat. Jawabannya tentu saja tidak ada. Boleh jadi dalam kurun waktu yang tersisa tersebut kita malah sakit sakitan sehingga kuantitas dan kualitas ibadah kita menjadi rendah. Apa iya selama 15 tahun yang tersisa tersebut kita selalu khusyu’? Boleh jadi ibadah yang kita laksanakan malah krisis ilmu, kita kurang paham tatacara ibadah yang sesuai dengan kaidah fiqh. Untuk itulah kita dianjurkan untuk terus menerus menuntut ilmu, hadir dimajelis-majelis ilmu, terutama sekali ilmu agama yang menjadi bekal dan pedoman kita untuk beribadah dalam keseharian kita. Pertanyaan berikutnya yang harus kita jawab adalah adakah jaminan ibadah-ibadah yang kita laksanakan diterima  dan diridhoi dari Allah SWT? Karena kita tidak pernah tahu ibadah kita yang mana yang diterima dan diridhoi disisi Allah SWT.

Terkadang ada pula beberapa orang yang berusia sampai 75-80 tahun. Ya, beroleh umur panjang, namun belum tentu juga produktifitas ibadahnya tinggi. Bahkan orang-orang yang berumur panjang seperti ini cenderung memiliki produktifitas yang rendah diakhir masa hidupnya. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmanNya “

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kamudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpla daging yang sempurna kejadinnya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailan kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi itu kering, kemudian apabila telah kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagi macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (al hajj:5)

Jika kita sudah berusia 70 tahun lebih dan pikun, apa iya kita masih kuat dan sehat untuk beribadah? Justru kecendrungan yang sering muncul adalah, kita malah menjadi beban bagi keluarga, makan disuapi, buang hajat ditempat tidur, dan lain sebagainya.

Kita tidak pernah tahu kapan ajal akan tiba, dibumi mana, dan dalam keadaan apa. Namun sesungguh Nya kita bisa berikhtiar untuk mati dalam keadaan Husnul Khotimah sesuai dambaan semua orang beriman, terlebih lagi dalam posisi sedang berbuat kebajikan, sehingga kitapun tersenyum ketika maut datang menjemput.

Jika saja kita berfikir jernih, maka tidak ada alasan lagi untuk kita lalai terhadap panggilannya. Bila sekali shalat, sejak wudhu hingga selesai zikir kita membutuhkan waktu 15-20 menit, maka dalam sehari semalam waktu kita hanya diminta sekitar 75-100 menit. Artinya, sekitar 1,5 jam sampai 2 jam saja. Sedangkan waktu kita yang tersedia 24 jam.  Sisanya yang 22 jam bisa kita manfaatkan sesuai keinginan kita. 

22 jam itu seringkali sebagian orang menganggapnya masih kurang, sehingga waktu shalat berjamaah yang diminta oleh Allah SWT tidak dipenuhinya. Ada yang menunda-nundanya karena pekerjaan yang masih nanggung, bahkan adapula yang menundanya dengan sengaja seolah-olah telinganya mendengar azan, tapi sebenarnya telinganya telah tertutup. Ini terbukti, saat azan berkumandang dengan tanpa merasa berdosa sedikipun ia dengan santainya duduk dipinggir jalan sambil menghisap rokoknya, dan lain sebagainya. Ketika diajak oleh saudaranya untuk shalat, dengan santai pula ia menjawab “kita mencarikan untuk diri sendiri” naudzubillah.

Ada yang bilang, “pekerjaan saya banyak, saya sangat sibuk, sehingga saya sering terlambat shalat.” Pertanyaannya adalah adakah diantara kita yang tidak sibuk. Kita semua sibuk dibidang kita masing-masing. Selama kita masih hidup didunia ini, maka selama itu juga kita akan tetap sibuk. Karena hakikat dunia ini adalah tempat bekerja bukan tempat menuai hasil. Tempat menuai hasil ya diakhirat. Kenapa kita tidak mengambil pelajaran, hari ini selesai pekerjaan yang satu, besok sudah datang pekerjaan yang lain menanti, bahkan tak jarang kita temukan belum selesai pekerjaan yang satu, pekerjaan yang lainpun sudah menanti. Kalau ini yang jadi alasan, maka kapan waktu kita untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita. Mau menunggu sampai jasad kita sudah tertutup tanah? Naudzubillahmin dzalik

Sangat banyak sekali dalam Al Qur’an ayat yang memberikan peringatan kepada kita bahwa kita pasti meninggalkan dunia ini. Bahwa dunia ini hanya “permaianan dan senda gurau”. Buktinyapun sudah banyak. Kenapa kita tidak segera ambil sikap waspada. Saat ada pengumuman orang meniggal dimasjid, kita anggap itu hal yang biasa saja. Padahal jelas sekali peringatan ada padanya “innalillahi wainna ilaihi rojiun”. Kenapa kita kita tidak berfikir “boleh jadi pengumuman yang selanjutnya nama kita yang kemudian diumumkan.” Ketika menghadiri tahlilan jamaah kita yang meninggal, kenapa juga kita tidak berifkir “boleh jadi setelah ini kita yang akan ditahlilkan.” 

Dunia ini fana, dunia ini hanya sementara saudaraku. Prof Dr Hamka pernah mengungkapkan : “Aliran masa dan zaman silih berganti. Kesedihan dan kegembiraan tidak pernah berhenti. Raja-raja membina istana, istana tinggal rajanya mati. Itulah suatu gambaran yang kehidupan hakiki.”

Mari mengingat mati saudaraku. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Sebelum terlambat, selagi kita masih kuat, selagi kita masih sehat. Mari,,, , manfaatkan kuat kita ini sebelum datang kondisi dimana kita sudah tak berdaya lagi oleh karena usia yang sudah senja, dan pikunpun melanda. Kita manfaatkan sehat kita ini sebelum sakit menggerogoti tubuh yang membuat kita hanya terbaring tak berdaya ditempat tidur. Kita manfaatkan sisa umur kita ini, sebelum jasad kita ini terbungkus kain putih dan terkubur dalam liang lahat.

Sebagai penutup marilah kita bermunajah kepada Allah SWT. Kita memohon kepada Allah yang menggenggam hidup dan mati kita, semoga kita sekalian dan semua keluarga kita diberikan umur yang panjang, umur yang panjang dengan penuh ketaatan. Semoga kita dan keluarga kita tetap dalam sehat walafiat, dalam kondisi kuat beribadah kepada Allah SWT. Kita juga memohon agar diteguhkan jiwa kita, ditanamkan ikhlas dan istiqomah dalam jiwa kita. Agar kitapun dapat bermanfaat bagi sesama dan menjadi penolong bagi agama Allah SWT. Semoga kita sekalian mati dalam Husnul Khotimah. Amin ya Rabbal alamin

Wallohua’lam bisshawab

Komentar

  1. Subhannallah... Aamiin pak guru, semoga kelak kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan selalu dalam ridha Allah swt, Terimakasih Pak sangat MENGINSPIRATIF !

    BalasHapus
  2. Itulah kesuksesan yang hakiki. Semoga kita semua beruntung di dunia dan di akhirat

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Subhanallah,

    Betapa doif saya Ya Allah, telah dibutakan oleh dunia fana.

    Allahummagfirli, zunubi, waliwalidayya, warhamhuma, kamaa robbayana sogiro.

    BalasHapus
  5. Terimakasih kasih suntikan spiritualnya pak Guru

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAKIKAT NKRI DAN TIPS MEMBINAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

RPP PPKn PERT 1-5 SEMESTER II KELAS XII (HAKIKAT NKRI)